bukan basa basi blog

Sabtu, 17 November 2012

On 21.28 by Febri Ramadhan in



Dean Deleo bergabung dengan Stone Temple Pilots ketika ia iseng mampir
mendengarkan adiknya berlatih bersama anggota band lainnya.
Saat itu STP masih terkesan seperti coverband yang meniru suara Red Hot Chilli Pepper, dan meskipun mereka sadar kekurangannya, mereka masih belum menemukan ramuan yang diperlukan untuk menciptakan suara khas mereka sendiri.

Scott Weiland dan Robert Deleo tadinya menggunakan seorang keyboardist dan dua pemain gitar dalam band mereka, namun menyadari bahwa mereka tidak unik, mereka memutuskan untuk tampil lebih Raw dan mengesampingkan si keyboardist dan sang pemain gitar kedua.
Kala mereka sedang mengutak atik demo mereka di studio, hadirlah Dean
yang kebetulan iseng memainkan gitar disela masa latihan, dan Scott langsung mengenal gaya permainan Dean sebagai missing element dalam
Stone Temple Pilots.

Di awal karir, mereka harus berjuang untuk bisa eksis di arena musik Los Angeles. Dean sadar bahwa untuk bisa mengorbitkan karir, mereka harus tampil di Sunset Strip Los Angeles, namun itu adalah suatu hal tidak murah karena mereka harus membeli semua tiket terlebih dahulu baru kemudian menjualnya kembali kepada umum. Sedangkan sebagai band baru yang memainkan lagu lagu orisinal, jarang ada orang yang mau bayar untuk mendengar, sehingga mereka terkadang harus membaurkan beberapa lagu ternama dalam playlist mereka.

Khawatir tidak ingin dicap sebagai cover band, mereka sering kabur dari Los Angeles dan manggung di San Diego, dimana iklim persaingannya disebut Dean sebagai lebih sehat, karena mereka tidak perlu keluar uang untuk manggung dan justru dibayar.

Kombinasi antara mencari nafas di San Diego dan mencari nama di Los Angeles akhirnya berhasil ketika Arista Records tertarik melihat penampilan band mereka dan menggaetnya untuk bergabung dengan Label yang membesarkannya itu.
Seperti diketahui , 14 tahun setelah mereka menggubrak dunia musik rock, merekapun berpisah, Namun Dean menyatakan bahwa anggota band sendiri tidak pernah menganggap perpisahan itu sebagai sebuah akhir perjalanan mereka, namun hanya sebuah momen untuk beristirahat.
“Orang bilang kami bubar, namun bagi kami sendiri yang kami lakukan adalah mencari jeda. Jika kami tidak mencari waktu untuk menyendiri sebentar, tidak mungkin kami bisa terus melanjutkan karir kami semua bersama. Kami berempat menghabiskan 14 tahun masa dewasa kami dalam suasana yang mengekang dan sempit, pasti lah ada rasa sumpek untuk terus bersama. Perpisahan kami seolah me-reset emosi kami semua, sehingga kini kami bisa menyambung lagi perjalanan Stone Temple Pilot”. ujar Dean. 
“Yang pasti, kala kami pertama masuk studio dan berlatih Vasoline bersama semua anggota, kami merasa seperti baru pulang kampung., dan merasa di environment yang sangat nyaman” lengkap Dean. “Scott mengatakan bahwa kami masih punya urusan yang belum terselesaikan, terserah apa katanya, namun saya berharap akan bisa merekam lima album lagi bersama band ini” kata Dean.

Kehadiran kakak adik DeLeo dianggap sebagai sebuah lem yang mempersatukan band ini, setidaknya secara kreatif. “Robert dan saya memang akrab, namun bukan berarti kami menempel terus. Kami menjalankan hidup sendiri sendiri di luar STP, namun dalam sisi kreatif, pendapat kami memang cenderung sering serupa.” jelas DeLeo. “Menurut saya adik saya adalah salah satu penulis lagu terbaik di dunia, kreasi dia adalah alasan lahirnya beberapa lagu terbesar kami, ia yang menulis Interstate Love Song dan Plush. Memang Scott cenderung menjadi penulis melodi dan lirik lagu , namun Robert lah yang menciptakan suara khas dari lagu lagu STP." tambah Dean.
Dari sisi peralatan, Dean lebih cenderung menggunakan dua Les Paul gitar saat rekaman dan latihan, satu untuk diperuntukkan khusus untuk melakukan slide.  Dikenal sebagai pemilik 100 gitar, ia juga menggunakan gitar yang berbeda di masing masing lagu di bagian solo The Bagman ia menggunakan sebuah Tele yang disetup dengan sebuah Bigsby, untuk Hickory DIchotomy ia menggunakan Teleyang bersih, dan di CInnamon ia menggunakan Tele yang ditune untuk mendekati suara khas Nashville, yang cenderung lebih country.

Nuansa musik Country memang terdengar kental dalam album terbaru STP, namun Dean mengatakan bahwa crossing ke aliran musik lain bukanlah sesuatu yang baru bagi STP, “Robert sering mencuri chord Brazil dan Jazz dan diubah menjadi suara Rock. Itulah yang menarik mengenai band kami, kami tidak satu dimensi” ujar Dean.

Saking seringnya bereksperimen, Dean menciptakan sebuah kebiasaan khusus untuk mengecek reaksi orang atas hasil eksperimen bandnya, “Saya biasanya pulang ke South Jersey, di kota dimana kami dibesarkan, dan menyewa mobil keren dengan stereo yang paling bagus. Saya jemput semua teman saya dari waktu remaja dulu, dan kalau dulu kami memasang Zeppelin dan Yes, saya kini memasang suara terbaru kami. Kotanya sama seperti dulu, jalan yang kami laluipun sama dengan yang kami lewati dulu, namun musiknya kini adalah musik kami, dan jika musiknya bisa mengangkat energi mereka seperti bagaimana mereka bereaksi terhadap Yes dan Zeppelin dulu, I know I did something right man. “ jelas Dean.